Salah satu komentar di blog ini memberi apresiasi pada saya karena dia menganggap saya sangat produktif menulis. Terus terang saya malu dengan pujian itu. Jujur, saya tidak produktif. Sampai saat ini, sejumlah buku yang sedang saya garap masih tergeletak dalam bentuk draft dan semuanya masih setengah jadi. Tak ada satupun buku yang terbit dari tangan saya.
Memang, kalau mau cepat, saya bisa menerbitkan antologi tulisan-tulisan artikel opini di sejumlah media jadi buku. Tapi saya ingin buku perdana saya adalah karya yang memang sengaja ditulis utuh untuk buku. Saat ini saya sedang memotivasi diri sendiri untuk fokus dalam satu karya saja sampai selesai sebagai trigger untuk karya-karya selanjutnya.
Alasan umumnya orang ketika ditanya mengapa belum menulis buku biasanya klasik, “Saya sibuk. Tak ada waktu.” Saya tidak mau terperangkap dalam apologi orang kalah seperti itu. Alasan semacam ini hanya akan membunuh spirit saya. Dalam pengantar ensiklopedi The Encyclopaedia of Modern Muslim World (4 Volume, diterbitkan Oxford University Press), John Esposito, editor ensiklopedi tersebut mengatakan,
The busiest is the most productive one."
Orang paling sibuk adalah orang yang paling produktif.
Itu kata-kata hebat. Sangat lugas dan tepat. Intinya, kalau Anda bilang, “Saya sibuk,” sebagai alasan ketidakproduktifan Anda, pada hakikatnya adalah Anda sama sekali tidak sibuk. Anda pemalas atau minimal Anda tidak bisa mengatur waktu secara efektif dan efisien plus lemah kemauan. Lebih parah lagi, hal itu dibungkus dengan banyak alasan apologetik.
Jadi, tahap pertama menuju produktif adalah merubah paradigma “sibuk” dan mengakui kesalahan. Tidak mau mengakui kelemahan dan kesalahan sendiri adalah kesalahan terbesar.
Kedua, mulai mengoreksi kesalahan yang menjadi penyebab ketidakproduktifan kita.
Ketiga, apabila poin satu dan dua sudah teratasi, mulai fokus menulis. Ok, bagi yang baru di dunia tulis menulis, Anda dapat memulainya dengan rajin menulis setiap hari di blog masing-masing–bahasa Indonesia atau Inggris sama saja; bagi yang sudah sampai tahap ini, mulailah rajin mengirim tulisan ke media cetak atau online; dan yang sudah merasa “lulus” tahap ini, mulailah memikirkan untuk menulis buku.
Saat ini saya sedang mengoreksi sejumlah kesalahan saya yang membuat saya belum berhasil menulis buku. Bagaimana dengan Anda?
Intinya, kalau kita ingin produktif, jangan pernah merasa puas. Sebab, kata guru SD saya dulu, “barang siapa merasa puas, maka sampai di situlah pencapaian kita terbatas.”
Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadan bagi yang melakukannya.
Begitu sukarkah menghasilkan buku, sama ada buku fiksyen, buku ilmiah atau buku bukan fiksyen? Buku individu yang hendak menjadi penulis tetapi ramai yang tidak berjaya, apatah lagi sebagai penulis yang dapat memberikan sumbangan yang bermakna di dalam dunia penulisan. Malah bukan menjadi rahsia lagi, ada yang masih lagi bermain dengan angan-angan. Mengapa anda hendak menadi penulis buku? Menulis buku dapat dilakukan sepenuh masa sebagai profesional dan dapat juga sebagai kerjaya sampingan.
BalasHapus